Sutradara senior Adisurya Abdy bersama dengan Xela Pictures pada akhir Juli ini mempersembahkan film terbaru untuk moviegoers nasional. Judulnya: Sara & Fei, Stadhuis Schandaal. Ini merupakan film perdana dari production house Xela Pictures. Filmnya berlatar belakang kehidupan jaman kolonial yang terjadi ratusan tahun lalu namun dikemas dengan gaya kekinian.
Dalam sesi jumpa media sebelum pemutaran pada pekan ke-3 Juli lalu, Abdy mengungkapkan kalau dirinya memang tidak ingin membuat film sejarah, tetapi membuat film yang menggambarkan sebuah situasi atau sebuah episode yang konon pernah terjadi di jaman kolonial, yakni tentang gedung yang penuh dengan skandal.
“Film ini menawarkan sesuatu yang berbeda dengan format kekinian, tetapi unsur-unsur historisnya tetap terpenuhi. Sehingga memberikan generasi baru untuk banyak mengetahui sejarah yang belum terungkap”, papar sutradara era tahun 1980-an yang pernah ngetop dengan film Roman Picisan, Macan Kampus, Asmara, hingga Ketika Cinta Telah Berlalu ini.
Menariknya, penggunaan kata berbahasa Belanda, Stadhuis Schandaal pun merupakan unsur kesengajaan. Seperti yang dijelaskan oleh sang sutradara, “Gunanya agar penonton sejak awal sudah mengetahui bahwa film ini memiliki latar belakang jaman Belanda”, imbuh Abdi pendek.
Tak pelak memang kalau ini merupakan sebuah film drama yang meminjam situasi era kompeni dengan memakai kacamata anak muda masa kini atau yang biasa disapa dengan generasi millenials. Konsep artistik pun disesuaikan dengan jaman itu. Sampai-sampai sang sutradara, Adisurya Abdy membangun set berupa tangsi dan benteng Belanda di atas tanah seluas 1.500 m2 di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang digabung dengan teknologi visual effect canggih agar bisa membawa penonton kembali ke jaman ratusan tahun silam.
“Kami sudah mencoba mencari bangunan-bangunan sisa peninggalan Belanda yang ada di Indonesia, tetapi tidak sesuai dengan kriteria dan mekanisme kerja yang akan kami lakukan. Untuk itu maka kami putuskan lebih baik membangun set sendiri agar kerja tim menjadi lebih bebas”, terang sang sutradara.
Hal menarik lainnya dari karya film terbaru Adisurya Abdy ini adalah tampilnya sejumlah aktor maupun aktris berpotensi yang kebetulan baru terjun di dunia film, seperti Amanda Rigby, Tara Adia, Haniv Hawakin, Volland Volt dan Mikey Lie.
Film ini juga menghadirkan pemain pendukung yang sudah malang melintang di industri film Tanah Air yaitu Anwar Fuady, George Mustafa Taka, Rowiena Umboh, Rensy Millano, Tio Duarte, Septian Dwi Cahyo, Iwan Burnani, Julian Kunto, Aby Zabit El Zufri serta beberapa pemain pendukung lainnya seperti Lady Salsabyla, Ricky Cuaca, Stephanie Ady, Iqbal Alif, Andhika Ariesta dan Yurike Cindy.
Penata musik film ini, dikerjakan oleh Areng Widodo, pemusik senior yang pernah beberapa kali bekerjasama dengan Adisurya Abdy dengan menyajikan kembali lagu ciptaannya berjudul ‘Syair Kehidupan’yang cukup populer dan diaransemen ulang serta dinyanyikan oleh Hilda Ridwan Mas.
Secara umum, sinopsis ‘Sara & Fei, Stadhuis Schandaal’ ini berkisah tentang mahasiswi bernama Fei. Saat melakukan riset di kota tua Batavia, untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Fei didatangi oleh gadis blasteran Belanda – Jepang bernama Sara. Suatu hari, setelah pulang dari Shanghai, Fei kembali mendatangi gedung Museum Jakarta, yang terkenal dengan nama Museum Fatahilah itu. Dulunya, gedung ini adalah balai kota bernama Stadhuis. Tiba-tiba Sara kembali muncul dan tanpa disadari membawa Fei masuk ke lorong waktu menuju abad 17, masa di mana Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon memerintah Batavia. Dari sini cerita semakin menarik. penuh misteri dan pesan moril.
Last but not least, demi meraih minat penonton di pasar Tiongkok, film ini pun mengambil lokasi syuting di dua negara yaitu Jakarta, Pangkalan Bun Kalimantan (Indonesia) serta Shanghai dan Ningbo (Tiongkok). Bagaimana ketegangan yang dihadirkan? Mungkin kita perlu langsung merasakannya di bioskop terdekat mulai 26 Juli ini! (Wal)