Pada Rabu (17/7) silam bertempat di Teraskita by Dafam – Jakarta Timur, Forwapar (Forum Wartawan Pariwisata) dan juga Kementerian Pariwisata, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta lembaga pemerintah terkait menyelenggarakan sebuah panel menarik seputar pengembangan danau di Indonesia dan permasalahannya.
Panel menarik ini tentu sejalan dengan kebijakan 10 Bali baru yang diusung oleh Presiden Jokowi selama lima tahun pemerintahannya. Tercatat dari total 840 danau besar dan juga 735 danau kecil di Indonesia, Presiden Jokowi telah menetapkan setidaknya ada 15 danau yang menjadi prioritas utama yaitu Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Kerinci, Danau Rawa Pening, Danau Batur, Rawa Danau, Danau Sentarum, Danau Kaskade Mahakam, Danau Tempe, Danau Tondano, Danau Matano, Danau Poso, Danau Sentani, serta Danau Limboto.
“Danau Toba sedang dirintis menjadi nomadic tourism. Tidak perlu bangun hotel yang mungkin saja memakan banyak biaya dan juga polusi, tapi pengembangan wisata bisa mengarah ke glamping (glamor camping) dan juga karavan, selain lebih instagramable tentu,” ujar Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Kementerian Pariwisata, Dadang Rizki Ratman yang juga tuan rumah di seminar kolaborasi antara Kementerian Pariwisata dan Forwapar perihal Pengembangan 15 Danau Prioritas sebagai Destinasi Pariwisata.
Menurut Dadang, fungsi danau bukan saja bermanfaat secara ekonomi tapi juga tidak merusak lingkungan bila dilakukan pengelolaan yang benar. “Danau harus bisa memberi manfaat dan nilai ekonomi untuk masyarakat sekitar, dan pelancong pun bisa menikmati alam tanpa merusak danau, ini namanya ekonomi berkelanjutan”, tambahnya.
Selain itu, Dadang juga menambahkan bahwa saat ini paling siap untuk dikembangkan pariwisata dengan lingkungan alam yang tetap terjaga di antaranya ada Maninjau, Kerinci, Rawa Pening, Sentarum, dan Tondano. “Kalau daerah lain yang punya danau dan ingin mengembangkan wisatanya akan kita dorong, akan difasilitasi”, katanya lagi.
Dalam sesi panelis, hadir juga Deputi Kemaritiman Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Nur Hygiawiati Rahayu yang mengungkapkan bahwa Indonesia dengan alam dan punya lebih dari 800 danau butuh pemanfaatan yang penting. “Salah satu fungsi danau ya itu tadi, penyedia air tawar untuk lingkungan setempat, makanya lingkungan sekitar danau perlu dijaga”, tukasnya.
Diperkirakan memasuki 2045 atau saat 100 tahun Indonesia merdeka, danau-danau di Pulau Jawa akan menjadi solusi suplai air tawar terbaik untuk sekitarnya. Peningkatan kebutuhan lahan untuk pertanian tahun 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka akan berdampak signifikan pada pasokan air tawar yang datang dari danau karena pohon-pohon di hutan pun akan menurun luasnya sebagai penyuplai air.
Ditambahkan Rahayu. “Secara keseluruhan atraksi memang perlu ada, tapi juga perlu dipertimbangkan aspek amenitas. Daya tampung danau perlu ditinjau. Salah satunya yang bisa menarik kemajuan ekonomi bisa dicapai lewat ekowisata yang ikut menyumbang percepatan ekonomi. Tapi perlu berhati-hati agar tidak merusak alam”, tambahnya.
Tercatat di Indonesia Danau Sentarum merupakan wilayah konservasi saat ini. Sedangkan Limboto perlu dipulihkan supaya ke depannya bisa dikembangkan lagi sebagai bagian dari pariwisata.
Sementara itu, Staf ahli Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bidang Hubungan Antar Lembaga Pusat dan Daerah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Prof Winarni D Monoarfa mengutarakan jika danau disentuh aspek wisata, akan ada banyak manfaat untuk masyarakat sekitar, salah satunya pemanfaatan eceng gondok jadi pupuk dan biogas atau sebagai suvenir merupakan solusi agar masyarakat bisa menikmati danau tanpa merusak. “Kita perlu mewaspadai akibat pendangkalan danau karena banyak ikan endemik yang ikut hilang, sebuah kerugian besar,” jelasnya.
Baginya, pengembangan pariwisata dengan danau pun bisa dikembangkan dengan berbagai festival menarik, seperti adanya Festival Danau Toba yang telah berjalan puluhan tahun dan juga pada September mendatang ada Festival Danau Matano.
Terakhir ada Kepala Bidang Danau Situ dan Embung Direktorat Bendungan Ditjen Sumber Daya Air Naswardi mengatakan pengembangan danau prioritas terus dilakukan, salah satu contohnya Danau Toba. Di mana, dilakukan pelebaran alur lebih lebar agar nantinya kapal besar bisa mengelilingi danau. Selanjutnya, ada penambahan jembatan tahun depan untuk akses memudahkan ke wilayah yang melingkupi Danau Toba sebanyak 7 Kabupaten.
“Danau Toba yang merupakan kaldera raksasa di dunia dan termasuk salah satu yang diusulkan pemerintah sebagai UNESCO Geopark baru dikenal sebagai tempat wisata tapi oleh masyarakat sekitar masih dimanfaatkan secara liar tanpa memperhatikan lingkungan,” tukasnya menutup sesi panel pada hari itu. (Wal/Foto: Freddy Wally)