
Ini adalah salah satu proyek ambisius dari Uni Emirat Arab (UEA) terutama di bidang perfilman. Dibungkus dengan durasi mencapai 1 jam 42 menit, sutradaranya adalah Pierre Morel (sebelumnya sukses membesut “Taken”, “The Gunman”, dan “Overdrive”). Disajikan dengan dialog yang hampir semuanya berbahasa Arab, film yang diangkat dari kisah nyata ini menawarkan sebuah sinema perang dengan imbuhan ledakan yang bombastis, mulai dari pecahan mortir, tembakan artileri hingga situasi tentara yang terluka.
Menariknya, hampir seluruh jajaran pemain dan juga kru dalam film ini juga mayoritas berasal dari UEA, sehingga film ini boleh dibilang menjadi “sangat Arab”, menawarkan sesuatu yang jarang dilihat oleh penonton Indonesia yang selama ini memang bioskopnya jarang disinggahi oleh film-film dari tanah Timur Tengah.
Kisah The Ambush atau dalam bahasa Arab berjudul “Al-Kameen” adalah tentang peperangan yang terjadi di Yaman saat pecah pertempuran sipil antara kelompok bersenjata setempat dengan tentara Yaman yang pada akhirnya membawa negara-negara Arab lain sebagai sekutu untuk melakukan misi perdamaian.
Misi perdamaian itu tentu “disambut” oleh gerilyawan sebagai musuh bersama untuk diperangi, adegan itu yang memang lahir dari kisah nyata akhirnya menjadi tontonan penonton dan disajikan secara gamblang oleh Pierre. Film ini juga memperlihatkan bahwa meskipun pasukan milter UEA datang sebagai tentara perdamaian tapi mereka juga ikut mendirikan pangkalan militernya sendiri.
Sebuah peristiwa yang kemudian mengubah segalanya terjadi saat satu kendaraan militer pasukan tengah berpatroli di sebuah lembah di perbukitan bebatuan, dikepung dan diserang oleh kelompok militan. Di dalam kendaraan itu ada Sersan Mayor Bilal Al Saadi (Khalifa Al Jassem) bersama dengan dua orang sersannya, Sersan Ali Al-mismari (Marwan Abdulla Saleh) dan Sersan Al Hindasi (Mohammed Ahmed).
Dihujani oleh peluru dan misil RPG yang menyebabkan kendaraan rusak berat dan kepungan militan yang terus memborbardir ditambah Hindasi yang terluka mau tidak mau diterjunkan pasukan lain untuk membantu mereka lolos. Detik demi detik dan taktik yang diambil kemudian menjadi sajian hampir sepertiga film ini bergulir.
Selain hujan mortir dan suara ledakan, Pierre juga menampilkan situasi emosional lewat dialog dari para pemerannya. Unsur emosional yang biasa terselip di dalam banyak film perang bisa jadi mengimbangi serangan terus menerus yang kadang membuat penonton lelah secara visual dan juga pendengaran.
Secara keseluruhan The Ambush adalah perspektif baru film perang yang mewarnai tayangan bioskop dalam minggu ini. Digarap epik oleh sineas Pierre dengan bintang hampir semuanya datang dari jazirah Arab, film ini memberikan nilai moral yang cukup menarik untuk penonton terutama di Asia yang “dekat” dengan kultur film. (Teks: Freddy Wally/ Foto: AGC Studios)